Ketimun sang pemalas
dan Putri Wortel
Dahulu kala terdapat sebuah negeri sayuran, dimana negeri itu merupakan
negeri yang makmur, aman dan sejahtera. Negeri itu terkenal akan keramahan para
masyarakatnya dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Negeri itu
di pimpin oleh sebuah raja yaitu raja cabai dan ratu tomat, dan sang raja juga
memiliki dua orang putra dan putri yang bernama pangeran lobak dan putri
wortel. Raja cabai dikenal sebagai raja yang baik hati namun ia memiliki sifat
pemilih, raja suka memilih-milih apapun yang dia inginkan, karna ia inginkan
yang terbaik untuk kerajaannya dan keluarganya, termasuk calon yang akan
dijodohkan kepada putra-putrinya.
Disebuah
tempat dipinggiran negeri sayuran, hiduplah anak remaja yang bernama ketimun.
Ketimun hidup bersama kedua orang tua yaitu ayah kangkung dan ibu bayam ketimun
juga mempunyai seorang adik yang bernama sawi. Ketimun hidup disebuah keluarga
yang sederhana, ayahnya yang hanya seorang penjual buah dan ibunya yang tidak
bekerja. ketimun merupakan anak yang pemalas, tiap hari kerjaannya hanya tidur,
memancing dan bermain namun disamping itu ia merupakan anak yang baik hati, ia
suka membantu orang-orang yang sedang kesusahan, namun itulah kekurangan
ketimun yang tukang tidur dan pemalas. Orang-orang disekitarnya tidak heran
akan kelakuan yang dilakukan ketimun.
Pada suatu
hari putri wortel merasa bosan akan kehidupan yang itu-itu saja, ia ingin
keluar melihat kehidupan yang ada dinegerinya, namun raja cabai tidak pernah
mengizinkan putri keluarr dari lingkungan kerajaan karena takut ada apa-apa
dengan putrinya. Lalu sang putri pun mengajak kakaknya untuk keluar dari
kerajaan dan menikmati semua yang ada di negerinya,namun sang kakak tidak mau
karena takut dimarahi oleh ayahnya. Sang putri pun sedih karena sang putri ingin
sekali keluar dan mempunyai teman, karana yang biasa menemani dia hanyalah
pelayan-pelayan kerajaan. Melihat adiknya merenung, pangeran pun megiyakan
permintaan sang adik, pangeran pun menghampiri sang adik dan berkata “baiklah,
besok sore kita keluar jalan-jalan”, sang adik pun senang sekali mendengarnya
dan langsung memeluk kakanya.
Keesokan
harinya, secara diam-diam sang kakak-adik itupun keluar dari kerajaan dengan
bantuan pelayan yang sudah di beri upah untuk membantunya keluar dari kerajaan
supaya tidak ketahuan ayahnya. Akhirnya kakak-adik itupun berhasil keluar dari
kerajaan melalui pintu belakang, sang putri pun merasa senang dan gembira
akhirnya dapat menghirup udara bebas diluar kerajaan yang mengurungnya hingga
umurnya sebesar ini, tidak menyangkal ternyata sang kakak juga merasa senang
karena ia juga menginginkan itu dari dahulu. Lalu pangeran dan putri pun pergi
jalan-jalan melihat semua yang ada di negeri itu, melihat semua orang yang
bekerja di sawah dan berjualan dipasar, mereka juga melihat senyum yang di
tunjukan oleh semua masyarakatnya, karna dibalik kesusahan yang dihadapi
masyarakatnya masih bisa untuk tetap tersenyum.
setelah berputar-putar mengelilingi kota lalu kakak-adik itupun
beristirahat sejenak di sebuah gubuk yang disebelahnya ada lapangan yang luas
dimana ada sekumpulan anak yang sedang bermain bola. Saat sedang beristirahat,
tiba-tiba ada bola yang melayang kearah sang putri wortel, lalu bola itu pun
mengenai sang putri, sentak sang putri pun berteriak kesakitan, lalu sang kakak
pun sentak berdiri dan bertanya dengan tegasnya, “siapa yang menendang bola ini
hingga mengenai adikku??”. Namun tak ada yang berani menjawab, karena mereka
tau kalau dia adalah putra mahkota sang raja di negeri itu, tiba-tiba dari
belakang muncullah si ketimun, dengan lapang dada ia muncul dari belakang
kerumunan anak-anak itu. Ketimunpun berkata “saya yang menendang bola itu, maaf
saya tidak sengaja melakukannya”, sang kakakpun mendekati ketimun dan berkata “kau
harus bertanggung jawab atas perbuatan yang kau perbuat”, dengan berat hati
ketimun pun ingin melakukan apapun yang akan dilakukan sang pangeran. Disamping
itu sang putri pun sedang merintih kesakitan sambil melihat kearah kakaknya dan
ketimun.
kakaknya
pun ingin melakukan hal yang sama yang dilakukan ketimun kepada adiknya terhadap
ketimun, lalu ketimunpun disuruh untuk berdiri di depan pohon dan kakanyapun
akan menendang bola kearah ketimun. Sang pangeran itupun langsung menendang
bola kearah ketimun, lalu bola itupun mengenai perut ketimun hingga akhirnya
ketimunpun terjatuh, lalu sang pangeran menendang kembali bola itu kearah
ketimun, lagi-lagi dan lagi. Hingga sang putripun teriak “sudah kak sudah”,
melihat kakanya yang seperti itu lalu sang adik pun berlari kearah ketimun dan
tanpa disengaja bola itu pun mengenai adiknya sendiri. Sang kakak pun
menghampiri sang adik dan meminta maaf kepada sang adik dan sang adik pun
berkata “sudah kak aku sudah tidak apa-apa”.
Lalu
ketimun pun berdiri dan mendekati kedua orang kakak adik tersebut dan meminta
maaf, disaat itu pula ketimunpun melihat seorang wanita yang begitu cantik yang
ada didepannya, rasa sakit itu pun tiba-tiba menghilag saat melihat wanita itu.
Lalu sang pangeran juga meminta maaf kepada ketimun kareana telah beerlebihan. Akhirnya
sang ketimun pun mengajak kedua kakak beradik itu kerumahnya untuk mengobati
luka sang putri, saat itu ketimun belum mengetahui kalau kedua kakak beradik
itu adalah putra dan putri sang raja.
Sesampainya
dirumah ketimun, ibu ketimun kaget melihat ketimun datang dengan badan kotor dan
terluka, yang lebih kagetnya sang ibu melihat sang pangeran sedang membawa
putri wortel yang sedang terluka, lalu sang ibu pun bergegas untuk membantu
membersihkan luka yang dialami sang putri, ketimunpun dihiraukan. Lalu ketimunpun
berkata “ibu, kenapa bukan aku dulu!!!”, lalu sang ibu pun berkata “sudah sana
kamu bersihkan saja luka mu sndiri, ibu ingin menyembuhkan tuan putri duli”
lalu dengan muka yang sebel ia pun pergi dan sambil berkata “apanya yang tuan
putri. . .”, sampai saat itupun ketimun
belum mengtahui kalau itu adalah putri sang raja.
Beberapa saat kemudian akhirnya
sang putri pun sudah tidak apa-apa, sang putripun sudah bisa berjalan, melihat
itu sang kakak pun senang melihat sang putri sudah tidak apa-apa, lalu sang
kakak pun berterima kasih kepada ibu ketimun yang telah merawat adiknya, dan
sang pangeran pun meminta maaf kepada ibu ketimun karena telah sudah
merepotkan, lalu sang ibu pun menjawab “tidak apa-apa, yang penting tuan putri
sudah tidak apa-apa. Setelah itu akhirnya sang pangeran dan putri pun
meninggalkan rumah ketimun dan pulang keistana.
Setelah
kejadian itu, sang putri pun sering datang kerumah ketimun dan membawakan makanan-makanan
untuk keluarga ketimun, dan tanpa disengaja ketimunpun sepertinya menaruh hati
kepada sang putri karena kebaikannya, dan tidak malu untuk mendatangi rumahnya.
Ketimun pun hanya bisa melihat sang putri dari atas pohon, karena ia merasa
malu jika bertemu langsung sang putri, ia pun hanya sekedar cinta dan tak ingin
sang putri tahu, kalau ia mencintainya karena walau bagaimanapun dia berasal
dari golongan yang berbeda, dan tak mungkin pula sang putri menyukaiku seorang
pemalas seperti diriku saat ini. –bersambung-